Ditulis oleh : Luthfi Dharmawan dan Nurul Fajariah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Semenjak merebaknya pandemi
Covid-19 (corona desease 2019) di Indonesia, banyak sekali dampak-dampak
yang ditimbulkan dari kejadian ini baik dari segi positif maupun negatif.
Lantas, muncul pertanyaan apakah semua aspek terkena dampak yang sama ? ketika kita
melihat fakta yang ada, maka tak bisa dielakkan bahwa seluruh aspek baik ekonomi,
keamanan, budaya, kesehatan, hukum, dan politik pun juga terkena dampaknya. Tak
terkecuali dari itu semua yaitu dalam bidang pendidikan. Beberapa
kebijakan-kebijakan yang sudah terencana juga terstruktur harus mengalami
perubahan yang diakibatkan kondisi saat ini. Sejak Maret, pemerintah melalui
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementrian Agama telah mengeluarkan
kebijakan-kebijakan baru terkait sistem pendidikan serta pembelajaran di
lingkungan lembaga pendidikan dalam jangku waktu yang sementara. Beberapa
kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah melalu dua kementrian ini dalam
hal sistem pembelajaran antara lain yaitu :
1.
Pembelajaran
secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam rangka pencegahan Covid-19 ; SE
KemenDikBud No. 36962/MPK.A/HK/2020
2. Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan
Perguruan Tinggi Keislaman Negeri ; SE KemenAg No. 697/03/2020
Berdasarkan surat edaran diatas, termaktub jelas bahwa
untuk mencegah penyebaran Covid-19 ini maka sistem pembelajaran dari tingkat TK
sampai PTN dialihkan ke sistem online.
Kebijakan ini dinilai sebagai pilihan terbaik yang bisa dilakukan pada
kondisi seperti ini. Namun, yang namanya kebijakan atau keputusan pasti
memberikan dampak positif dan negatif.
Beberapa
dampak positif yang bisa diambil dari kebijakan ini antara lain :
1. Melatih kreatifitas pendidik dalam mengembangkan
metode belajar yang menarik
2. Memberikan stabilisasi terhadap dinamika keluarga
3. Mengurangi pengaruh buruk yang diakibatkan dari media
sosial.
Sedangkan
dampak negatif yang muncul antara lain :
1. Adanya tekanan psikis bagi peserta maupun pendidik
yang belum mampu beradaptasi
2. Susahnya sinyal yang dialami beberapa siswa karena
jangkauan internet yang belum merata
3. Menimbukan masalah baru terkait UKT yang tidak bisa
dirasakan secara utuhpemakaiannya dalam satu semester.
4. Ketidakfokusan beberapa siswa karena terjadinya
hal-hal yang tak terduga. Misalnya harus membantu orang tua di rumah.
Berbicara perubahan psikis, penulis akan berasumsi
terhadap masalah daring yang menyebabkan gangguan psikis serta perubahan
karakter baik dalam jangka waktu yang sementara atau berkelanjutan. Adanya
perubahan psikis seseorang bisa menyebabkan orang tersebut mengalami stress, depresi,
bahkan mengalami perubahan karakter seperti contoh orang yang cenderung sabar
namun ketika dihadapkan kondisi susah sinyal, deadline tugas mepet, dan kuota
kurang maka akan ada rasa emosi yang muncul. Namun, yang perlu dicatat kejadian
seperti ini tidak sepenuhya terjadi kepada semua objek yang melakukan pembelajaran
daring baik itu guru dan murid atau dosen dan mahasiswa. Dalam analisis
penulis, adanya suatu fenomena ini disebaban karena 3 hal, diantaranya :
1. Jaringan internet yang kurang mendukung / susah sinyal
2. Tidak mampunya beberapa siswa/mahasiswa untuk membeli
kuota demi lancarnya perkuliahan karena kondisi ekonomi.
3. Media pembelajaran yang digunakan dalam belajar online
cenderung menghabiskan penyimpanan dalam hp serta membutuhkan banyak kuota.
Jika menelaah secara lebih
dalam, seharusya kita peka bahwa poin kesatu dan kedua merupakan sebab yang
menyabang dari poin ketiga. Karena tanpa disadari, pemilihan media pembelajran
dalam sistem daring sangat mempengaruhi jalannya proses pembelaran serta proses
perkembangan dan pertumbuhan peserta didik maupun pendidik. Kita ambil contoh
media pembelajaran Webex Meet yang mana untuk memakai aplikasi tersebut
memerlukan kuota yang cenderung banyak dan sinyal yang kuat, tidak terkecuali
beberapa aplikasi lainnya seperti Zoom¸Class Room, dsb. Sedangkan kita
tahu, bahwa pengadaan jaringan internet di Indonesia belum sepenuhnya merata
sehingga mahasiswa/siswa yang berdomisili di daerah yang susah sinyal akan
merasa dirugikan terlebih lagi mereka yang memiliki ekonomi cenderung menengah
kebawah.
Jika kita melihat kembali
edaran yang diterbitkan baik dari KemenDikBud dan Kemenag bahwa dalam pembelajaran daring harus lebih
mengutamakan edukasi dan tidak membebani siswa dengan serangkaian kegiatan yang
melebihi saat kuliah offline karena dampaknya yang mampu menurunkan sistem imun
dalam tubuh jika sampai stress dan kelelahan. Bahkan, dalam survei yang
dilakukan oleh Sobatmu.com yang mana dikelola oleh Dosen dan Mahasiswa Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran menyebutkan bahwa 70,59% mahasiswa yang
berumur 15 hingga 22 tahun merasa lebih lelah belajara secara online daripada
belajar secara tatap muka. Menurut penulis, dalam menyikapi masalah ini harus
adanya komunikasi yang baik antara
pendidik dan peserta didik untuk menyepakati peraturan yang bisa mengayomi
seluruh objek pendidikan tersebut.
Dalam beberapa kasus, memang
ada sebagian universitas yang memberikan subsisdi kuota untuk mahasiswanya agar
memudahkan dalam menjalani daring namun itupun masih sebagian kecil. Belum lagi
beberapa mahasiswa yang tidak dapat menggunakan subsidi kouta tersebut lantaran
sinyal yang tidak mendukung. Menurut penulis, solusi yang tepat dalam mencegah
adanya beban pikiran serta perubahan emosisonal baik dari peserta didik maupun
pendidik maka yang pertama dilakukan adalah membuat kontrak belajar yang
dimusyawarahkan bersama. Kedua, dalam beberapa kasus, penulis menemukan
metode diskusi yang sangat efisien dan bisa menjadi alternatif terbaik untuk
menghindari masalah tersebut yaitu dengan diskusi melalui Wa Group.
Berbeda dengan diskusi biasa, dalam hal ini pemateri bisa mengirim materi
diskusi yang akan dibahas 1-3 hari sebelum diskusi dimulai. Mengapa ini bisa
dikatakan alternatif terbaik karena :
1. Memberikan waktu yang cukup untuk siswa/mahasiswa yang
susah sinyal untuk mendownload materi
2. Memudahkan peserta diskusi untuk memahami secara lebih
dalam tentang materi yang akan disampaikan
3. Tidak adanya perasaan waswas karena dikejar deadline
saat mendownload materi
4. Diskusi bisa berjalan dengan kondusif dengan sistem
bertanya sebelum diskusi dimulai, kemudian dijawab pada saat diskusi
berlangung.
Sistem ini terbukti banyak dipakai dikalangan
mahasiswa karena efisiensi kuota, waktu, dan memberikan ruang diskusi yang
seluas-luasnya, namun kelemahan metode ini yaitu hanya bisa dipakai dalam
pembahasan terkait dengan pengetahuan yang bernuansa pemikiran dan sejarah saja
yang mana tidak terikat dengan formula atau rumus-rumus.
Syukron, semoga blog ini bisa bermanfaat bagi orang lain
BalasHapus