Oleh : Muhammad Luthfi Dharmawan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Berbicara
pendidikan dan manusia, dua term kata ini sulit dipisahkan dalam perilaku
sehari-hari. Pendidikan sendiri ketika kita maknai secara esensial maka
pendidikan menjadi alat yang paling utama dalam mengembangkan potensi setiap
individu. Pendidikan mengatur bagaimana manusia seharusnya berkarakter,
menggunakan potensi yang dimiliki, dan bersikap terhadap tantangan yang akan
dilewati. Lantas timbul pertanyaan “sejak kapan pendidikan itu harus
diberikan?”. Jika kita menjawab pendidikan dapat berikan sejak TK maka itu
adalah jawaban yang salah. Hal ini dikarenakan, pendidikan seharusnya diberikan
sejak manusia memiliki siklus hidup dan perkembangan psikologis yaitu ketika di
dalam kandungan. Jika kita tilik dari perpektif Islam, maka kita akan menemui
hal yang senada terkait siklus hidup manusia dimulai sejak dalam kandungan yang
termaktub dalam hadis yang artinya :
Dari
Abdullah bin Mas'ud ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya setiap kamu dibentuk di perut ibunya selama 40 hari,
kemudian berbentuk 'alaqah seperti itu juga, kemudian menjadi mudhghah seperti
itu juga. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan menetapkan 4
masalah.... "(HR. Bukhari, Ibnu Majah, At-Tirmizy)
dalam hal ini jumhur ulama mengatakan bawa
ruh mulai ditiupkan ke dalam janin pada usia 120 hari (pendapat lain mengatakan
pada usia 42 hari) sehingga sejak saat itu proses pendidikan dapat dimulai yang
disebut sebagai “pendidikan pranatal”. Dalam ilmu kebidanan pun menjelaskan bahwasanya
pada umur 12 minggu organ-organ sudah terbentuk sempurna dan detak jantung
sudah bisa terdeteksi. Inilah yang harus kita mafhumi bersama bahwasanya paradigma
lama tentang pendidikan dimulai saat sekolah itu harus kita rubah.
Pendidikan
pranatal dalam Islam jika ditinjau melalui alquran maka kita akan menemui
konsep pendidikan tauhid dimana terjadinya perjanjian antara Allah Swt dengan
calon jabang bayi yang termaktub dalam quran surat al a’raf ayat 172 :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن
ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ
بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ
إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Lantas timbul pertanyaan lain
dalam benak kita, apakah janin dalam kandungan bisa menerima pendidikan dari
orang tuanya ?
Jawabannya adalah sangat bisa !
hal ini dikarenakan ada 2 faktor yaitu faktor psikis dan fisik. Faktor psikis
yang menyebabkan mengapa pendidikan prenatal itu penting dan bisa diterima oleh
calon bayi adalah karena dalam ilmu
psikologi perkembangan untuk kebidanan mengemukakan bahwa perkembangan janin
yang ada dalam kandungan dipengaruhi oleh kondisi emosional seorang ayah dan
ibu. Jiwa dan fisik orang tua khususnya ibu haruslah senantiasa dalam kondisi
yang optimal agar bayi berkembang dengan sehat. Dalam Islam jiwa yang optimal
adalah jiwa yang senantiasa terpaut dengan Allah Swt baik dalam bentuk ibadah
ataupun muamalah. Jika jiwanya selalu terkoneksi dengan Allah Swt maka dalam
setiap kejadian mampu mengambil hikmah dan selalu bersikap sabar serta
khusnudzon dalam kesehariannya.
Faktor yang kedua adalah janin
sudah mampu merespon bunyi karena organ telinga sudah terbentuk dan berfungsi
secara sempurna pada umur 26 minggu. Dalam ilmu psikologi perkembangan terdapat
teori pembiasaan sehingga jika kita kaitkan dengan respon bunyi diatas maka
janin yang ada di dalam kandungan harus diberikan pendidikan berbasis audio
baik dari perkataan ataupun media lainnya. Jika kita menginginkan anak yang
senantiasa berkata baik atau ingin menjadi penghafal al-quran maka harus
dibiasakan juga mendengar lantunan ayat alquran ketika di dalam kandungan.
Referensi :
Indrijati, Herdina. 2017. “Psikologi Perkembangan”.
Kencana: Jakarta
https://umma.id/post/kapan-ruh-ditiupkan-ke-manusia-275323?lang=id
https://tafsirweb.com/2626-quran-surat-al-araf-ayat-172.html
Mantap pak cik !!
BalasHapus